Driving Force
Logam Pb secara alami
tersebar luas pada batu-batuan dan lapisan kerak bumi (Clark, 1986). Logam ini
termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV-A dengan nomor atom 82 dan bobot
207,2. Penyebaran Pb di bumi sangat sedikit yaitu 0,0002 % dari seluruh lapisan
bumi. Logam Pb terdapat di perairan baik secara alamiah ataupun sebagai dampak
dari aktifitas manusia. Logam ini masuk ke perairan melalui pengkristalan Pb di
udara dengan bantuan air hujan. Di samping itu, proses korosifikasi dari batuan
mineral akibat hempasan gelombang dan angin, juga merupakan salah satu jalur
sumber Pb yang akan masuk ke dalam perairan (Palar, 2004). Timbal dan
persenyawaannya digunakan dalam industri baterai sebagai bahan yang aktif dalam
pengaliran arus elektron. Kemampuan timbal dalam membentuk alloy dengan logam
lain telah dimanfaatkan untuk meningkatkan sifat metalurgi ini dalam penerapan
yang sangat luas, contohnya digunakan untuk kabel listrik, kontruksi pabrik-pabrik kimia,
kontainer dan memiliki kemampuan tinggi untuk tidak mengalami korosi (Palar,
2004). Selain itu, Pb dapat digunakan sebagai zat tambahan bahan bakar dan
pigmen timbal dalam cat yang merupakan penyebab utama peningkatan kadar Pb di
lingkungan (Darmono, 1995). Hampir 10 % dari total produksi tambang logam
timbal digunakan untuk pembuatan tetra ethyl lead atau TEL yang dibutuhkan
sebagai bahan penolong dalam proses produksi bahan bakar bensin karena dapat
mendongkrak (boosting) nilai oktan bahan bakar sekaligus berfungsi sebagai
antiknocking untuk mencegah terjadinya ledakan saat berlangsungnya pembakaran
dalam mesin.
Konsentrasi bahan pencemar
yang masuk ke perairan bisa mempengaruhi kehidupan organisme terutama yang
menjadi topik disini adalah spesies ikan. Salah satu jenis unsur kimia yang
bisa menyebabkan terjadi kerusakan ekosistem perairan adalah unsur logam berat.
Sebagaimana diketahui unsur logam berat yang
masuk ke perairan berasal dari berbagai kegiatan indutsri selain bersumber
dari alam sendiri. Untuk itu sangat diperlukan suatu kajian yang melihat
seberapa besar pengaruh unsur-unsur logam berat tersebut bisa mempengaruhi
ekosistem perairan terutama yang berhubungan langsung dengan kualitas airnya
Logam yang ada pada perairan
suatu saat akan turun dan mengendap pada dasar perairan, membentuk sedimentasi,
hal ini akan menyebabkan organisme yang mencari makan di dasar perairan (udang,
rajungan, dan kerang) akan memeiliki peluang yang besar untuk terpapar logam
berat yang telah terikat di dasar perairan dan membentuk sedimen. Hasil laut
jenis krustasea perlu diwaspadai terhadap pencemaran logam berat. Apalagi jenis
krustasea banyak digemari sebagai salah satu bahan yang di konsumsi oleh
masyarakat.
Pressure (P)
Kadar
Pb di semua lokasi penelitian lebih tinggi dari kadar Pb
normal
yang dijumpai dalam air laut yakni 0.03 ppb [8], namun masih sesuai dengan
Nilai Ambang Batas (NAB) yang
ditetapkan untuk kepentingan biota laut yakni
sebesar 0.008 ppm atau 8 ppb. Dengan
demikian berdasarkan kadar Pb ini belum
berbahaya bagi kehidupan biota laut, dan kualitas air lautnya. Namun demikian bila
dibandingkan dengan hasil penelitian BPLHD
terlihat bahwa
kadar Pb hasil penelitian ini jauh lebih rendah. Kadar Pb yang tinggi berbahaya
bagi kehidupan biota laut. Pb bersifat toksis terhadap biota laut, kadar Pb sebesar
0.1 – 0.2 ppm telah dapat menyebabkan keracunan pada jenis ikan tertentu, dan
pada kadar 188
ppm dapat membunuh ikan-ikan . Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh diketahui bahwa biota-biota perairan
seperti crustacea akan mengalami kematian setelah 245 jam, bila pada badan
perairan di mana biota itu
berada terlarut Pb pada konsentrasi 2.75-49 ppm. Sedangkan biota perairan
lainnya, yang dikelompokkan dalam
golongan insecta akan mengalami kematian dalam rentang waktu yang lebih panjang
yaitu antara 168-336 jam, bila pada badan perairan tempat hidupnya terlarut
3.5-64 ppm Pb.
State (S)
Adanya pencemaran
timbal (Pb) pada lingkunagn perairan menyebabkan Indonesia khususnya kematian
pada biota laut sehingga kinerja perikanan tangkap dan perikanan
budidaya mengalami penurunan produksinya dan volume impornya. Pencemaran lingkungan tersebut juga sangat
berpengaruh terhadap pendapatan masyarakt pesisir. Pendapatan para nelayan
menjadi menurun akibat pencemaran tersebut dan dapat merugikan kesehatan bagi
yang mengkonsumsi makanan dari biota yang telah tercemar logam berat. Pencemaran lingkungan
perairan ini juga membuat perekonomian dunia mengalami pelambatan
pertumbuhan, bahkan kontraksi yang cukup besar.
Respon (R)
Dengan mengurangi penggunaan zat-zat
berbahaya tersebut dan menjaga kebersihan lingkungan, maka kelangsungan hidup
yang ada di darat maupun di perairan akan terjaga. Ekosistem perairan juga
terjaga, dan organisme yang ada di perairan akan terjaga kelnagsungan hidupnya
dan tidak merugikan semua pihak.
Menetralisir
limbah-limbah tersebut bukanlah hal mudah. Teknologi pengolahan limbah
seringkali menekan kondisi finansial suatu perusahaan, tetapi tindakan tersebut
tetap diperlukan. Namun berdasar penelitian yang dilakukan oleh tim penelitian
yang dipimpin oleh Stephan Kohler dari Graz University of Technology di
Austria, ada cara sederhana dan mudah yang bisa dilakukan.
Di satu tempat di pinggir sungai Saigon, Vietnam, tim peneliti tersebut baru saja selesai melakukan pengujian terhadap metode barunya untuk mengatasi pencemaran air. Beberapa industri yang berada di sana menjadi tempat untuk menguji coba bahan pembersih air yang banyak ditemukan di berbagai perairan laut di seluruh dunia yaitu cangkang kerang laut. Kerang laut memang menjadi bahan hasil penelitian tim tersebut yang murah dan berlimpah. Seperti negara-negara berkembang lainnya, Vietnam juga mengalami masalah air bersih, bahkan jutaan warganya masih belum bisa mengakses air minum bersih. Perusahaan-perusahaan lokal belum mampu sistem penyaringan untuk mengolah air limbah. Kohler bersama timnya menemukan bahwa dengan menuangkan logam dan air dengan pH asam di atas kulit-kulit kerang yang sudah dihancurkan akan dihasilkan air bersih. Kandungan kulit kerang tersebut adalah kalsium karbonat (CaCO3), maka jika terjadi reaksi kimia, dengan mudah atom-atom kalsiumnya akan mudah terlepas dan mengikat logam-logam dan mengubahnya menjadi berbentuk padat. Proses pembersihan air pun akhirnya menjadi jauh lebih mudah.
Di satu tempat di pinggir sungai Saigon, Vietnam, tim peneliti tersebut baru saja selesai melakukan pengujian terhadap metode barunya untuk mengatasi pencemaran air. Beberapa industri yang berada di sana menjadi tempat untuk menguji coba bahan pembersih air yang banyak ditemukan di berbagai perairan laut di seluruh dunia yaitu cangkang kerang laut. Kerang laut memang menjadi bahan hasil penelitian tim tersebut yang murah dan berlimpah. Seperti negara-negara berkembang lainnya, Vietnam juga mengalami masalah air bersih, bahkan jutaan warganya masih belum bisa mengakses air minum bersih. Perusahaan-perusahaan lokal belum mampu sistem penyaringan untuk mengolah air limbah. Kohler bersama timnya menemukan bahwa dengan menuangkan logam dan air dengan pH asam di atas kulit-kulit kerang yang sudah dihancurkan akan dihasilkan air bersih. Kandungan kulit kerang tersebut adalah kalsium karbonat (CaCO3), maka jika terjadi reaksi kimia, dengan mudah atom-atom kalsiumnya akan mudah terlepas dan mengikat logam-logam dan mengubahnya menjadi berbentuk padat. Proses pembersihan air pun akhirnya menjadi jauh lebih mudah.
JENIS-
JENIS KEBIJAKAN
1.
Kebijakan Distributif
Kebijakan
distributive ditandai dengan pengenaan paksaan secara tidak langsung
(kemungkinan pengenaan paksaan fisik sangat jauh), tetapi kebijakan itu
diterapkan secara langsung terhadap individu. Individu dapat menarik manfaat
dari kebijakan itu, walaupun tidak dikenakan paksaan kepada individu umtuk menggunakannya.
Kebijakan distributive berearti kebijakan yang
dibentuk untuk mengalokasikan anggaran pemerintah, untuk mensubsidi keperluan publik, seperti untuk proyek-proyek pekerjaan umum, pengadaan
dan pemeliharaan infrastruktur perhubungan dan
lain sebagainya.
2.
Kebijakan Regulatory
Kebijakan regulative
terjadi apabila kebijakan mengandung paksaan dan akan diterapkan secara
langsung terhadap individu. Biasanya kebijakan regulative dibuat untuk mencegah
agar individu tidak mwlakukan suatu tindakan yang tak diperbolehkan, seperti
undang-unang hokum pidana, undang-undang antimonopoly dan kompetisi yang tak
sehat, dan berbagai ketentuan yang emnyangkut keselamatan umum. Selain itu,
kebijakan regulative dibuat untuk memaksakan agar individu melakukan suatu
tindakan hingga kepentingan umum tidak terganggu seperti berbagai bentuk
perizinan dalam menggunakan hal-hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak
(public goods). Kebijakan regulatory merupakan kebijakan untuk mengatur
berjalannya roda perekonomian,
misalnya pengaturan anti-monopoli,
pemberlakuan upah minimum, standar polusi udara dan limbah pabrik, dan lain
sebagainya.
3.
Kebijakan konstituen
Kebijakan konstituen
ditandai dengan kemungkinan pengenaan paksaan fisik yang sangat jauh, dan
penerapan kebijakan itu secara tidak langsung melalui lingkungan kebijakan
konstituen adalah kebijakan yang mengatur tata relasi antara negara dan masyarakat,
antara eksekutif dan legislatif, dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar