Jumat, 03 Juni 2011


1.      Ikan nila

Kerajaan: Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Osteichtyes
Ordo:
Perciformes
Famili:
Cichlidae
Genus:
Oreochromis
Spesies:
Oreochromis niloticus

Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia. Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 cm. Sirip punggung (dorsal) dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak); dan sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari.
Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak, 7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim berbiak. Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya. Setelah berat badannya mencapai 50 gram, dapat diketahui perbedaan antara jantan dan betina. Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh. Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora), pemakan plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air.
Ikan ini sangat peridi, mudah berbiak. Secara alami, ikan nila (dari perkataan Nile, Sungai Nil) ditemukan mulai dari Syria di utara hingga Afrika timur sampai ke Kongo dan Liberia; yaitu di Sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Diyakini pula bahwa pemeliharaan ikan ini telah berlangsung semenjak peradaban Mesir purba. Telur ikan nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan diameter sekitar 2,8 mm. Sekali memijah, ikan nila betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 300-1.500 butir, tergantung pada ukuran tubuhnya. Ikan nila mempunyai kebiasaan yang unik setelah memijah, induk betinanya mengulum telur-telur yang telah dibuahi di dalam rongga mulutnya. Perilaku ini disebut mouth breeder (pengeram telur dalam mulut).
Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering pula dijadikan fillet.
  • Oreochromis niloticus baringoensis Trewavas, 1983
  • Oreochromis niloticus cancellatus (Nichols, 1923)
  • Oreochromis niloticus eduardianus (Boulenger, 1912)
  • Oreochromis niloticus filoa Trewavas, 1983
  • Oreochromis niloticus niloticus (Linnaeus, 1758)
  • Oreochromis niloticus sugutae Trewavas, 1983
  • Oreochromis niloticus tana Seyoum & Kornfield, 1992
  • Oreochromis niloticus vulcani (Trewavas, 1983)
Ikan nila berkerabat dekat dengan mujair (Oreochromis mossambicus). Dan sebagaimana kerabatnya itu pula, ikan nila memiliki potensi sebagai ikan yang invasif apabila terlepas ke badan-badan air alami.
Genus Oreochromis memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan toleransi terhadap kualitas air pada kisaran yang lebar. Anggota-anggota genus ini dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang ekstrem sekalipun, karena sering ditemukan hidup normal pada habitat-habitat di mana jenis ikan air tawar lainnya tak dapat hidup.



2.      Ikan Mas
Kerajaan: Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Actinopterygii
Ordo:
Cypriniformes
Famili:
Cyprinidae
Genus:
Cyprinus
Spesies: C. carpio
Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia.Di Indonesia, ikan mas memiliki beberapa nama sebutan yakni kancra, tikeu, tombro, raja, rayo, ameh atau nama lain sesuai dengan daerah penyebarannya.
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%o.
Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.
Siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan mas Bering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air.
Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan.
Sifat telur ikan mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa.
Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg.
Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya.
Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram.
Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk. Setelah enam bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan. Induk-induk ikan mas tersebut mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk dasar perairan atau dasar kolam untuk mencari makanan.

3.       Ikan kembung
Kerajaan:Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Actinopterygii
Ordo:
Perciformes
Famili:
Scombridae
Genus:Rastrelliger
Species: Rastrelliger kanagurta
Kembung adalah nama sekelompok ikan yang tergolong ke dalam marga Rastrelliger, suku Scombridae. Meskipun bertubuh kecil, ikan ini masih sekerabat dengan tenggiri, tongkol, tuna, madidihang, dan makerel. Di Ambon, ikan ini dikenal dengan nama lema atau tatare, diMakassar disebut banyar atau banyara. Dari sini didapat sebutan kembung banjar.
Kembung termasuk ikan pelagis kecil yang memiliki nilai ekonomis menengah, sehingga terhitung sebagai komoditas yang cukup penting bagi nelayan lokal. Kembung biasanya dijual segar atau diproses menjadi ikan pindang dan ikan asin yang lebih tahan lama. Ikan kembung yang masih kecil juga sering digunakan sebagai umpan hidup untuk memancing cakalang.
Tubuh ramping memanjang, memipih dan agak tinggi, 1 : 3,7–6 dibandingkan dengan panjang tubuh FL (fork length). Sisi dorsal gelap, biru kehijauan hingga kecoklatan, dengan 1–2 deret bintik gelap membujur di dekat pangkal sirip punggung; sisik ventral keperakan.
Sisik-sisik yang menutupi tubuh kembung berukuran kecil dan seragam. Sirip punggung dalam dua berkas, diikuti oleh 5 sirip kecil tambahan (finlet). Jumlah finlet yang sama juga terdapat di belakang sirip anal, duri pertama sirip anal tipis dan kecil (rudimenter). Sepasang lunas ekor berukuran kecil terdapat di masing-masing sisi batang ekor. Di depan dan belakang mata terdapat pelupuk mata berlemak (adipose).



PARASIT YANG DITEMUKAN PADA IKAN

1. Ichthyophthirius multifilis.
Ichthyophthirius multi􀂿liis adalah jenis parasit yang digolongkan kedalam phylum Protozoa, subphylum Ciliophora, kelas Ciliata, subkelas Holotrichia, Ordo Hymenostomatida, famili Ophryoglenia dan genus Ichthyophthirius multi􀂿liis (Hoffman,1967). Kecuali pada bagian anterior yang berbentuk cincin (cystome), hampir di seluruh permukaan tubuh Ichthyophthirius multi􀂿liis tertutup oleh silia yang berfungsi untukpergerakannya,bagiansitoplasmanya terdapat makronukleus yang berbentuk seperti tapal kuda, mikronukleus (inti yang kecil) yang menempel pada makronukleus dan sejumlah vakuola kontraktil Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 8.1.


Ichthyophthirius multi􀂿liis menyebabkan penyakit bintik putih atau White spot disease atau Ich. Parasit ini dapat menginfeksi kulit, insang dan mata pada berbagai jenis ikan baik ikan air tawar, payau dan laut. Parasit ini mempunyai panjang tubuh 0,1 – 1,0 mm dan dapat menyebabkan kerusakan kulit dan dapat menyebabkan kematian. Parasit ini berkembangbiak dengan cara membelah biner. Individu muda parasit ini memiliki diameter antara 30 – 50 μm dan individu dewasanya dapat mencapai ukuran diameter 50–100 μm. Siklus hidupnya dimulai dari stadium dewasa dewasa atau stadium memakan (tropozoit) yang berkembang dalam kulit atau jaringan epitelium insang dari inang. Setelah fase
makannya selesai, Ichthyophthirius multi􀂿liis akan memecahkan epithelium dan
keluar dari inangnya untuk membentuk kista. Larva-larva berkista tersebut akan
menempel pada tumbuhan, batuan atau obyek lain yang ada di perairan. Kemudian membelah hingga sepuluh kali melalui pembelahan biner yang menghasilkan 100 – 2000 sel bulat berdiameter 18 – 22 μm. Sel-sel itu akan memanjang seperti cerutu berdiameter 10 X 40 μm dan mengeluarkan
enzim hyaluronidase. Enzim tersebut digunakan untuk memecahkan kista sehingga tomit (sel-sel muda) yang dihasilkan dapat berenang bebas dan segera  mendapatkan inang baru. Tomit-tomit itu motil dan bersifat infektif sampai berumur 4 hari dan akan mati jika dalam waktu 48 jam tidak segera menemukan inang yang baru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.2.
Gambar 8.2. Siklus hidup Ichthyophthirius multi􀂿liis

Cara penyerangan parasit ini dengan menempel pada lapisan lendir bagian
kulit ikan, parasit ini akan menghisap sel darah merah dan sel pigmen pada
kulit ikan. Ikan yang terserang parasit ini memperlihatkan gejala sebagai berikut :
􀂃 produksi lendir yang berlebihan.
􀂃 adanya bintik-bintik putih (white spots)
􀂃 frekuensi pernafasan meningkat
􀂃 pertumbuhan terhambat


2. Myxobulus sp,
 jenis parasit ini merupakanpenyebab penyakit Myxosporeasis. Penyakit
ini disebabkan oleh parasit dari kelas Sporozoa, subkelas Myxosporea, ordo
Cnidosporodia, subordo Myxosporidia, famili Myxobolidae yang merupakan bagian dari 􀂿lum Myxozoa dan termasuk kedalam kelompok endoparasit. Kunci identi􀂿kasi yang penting dari keempat jenis parasit ini adalah pada sporanya, yang merupakan fase resisten dan alat penyebaran populasi. Spora myxosorea terdiri atas dua valve, yang dibatasi oleh sebuah suture. Pada valve terdapat satu atau dua polar kapsul yang penting untuk identi􀂿kasi. Spora pada parasit kelas Cnidosporidia ini mempunyai cangkang, kapsul polar dan sporoplasm. Di dalam kapsul polar terdapat 􀂿lament polar. Bila spora memiliki dua kapsul polar maka
digolongkan ke dalam genus Myxobolus sp dan bila hanya memiliki satu kapsul polar maka akan digolongkan kedalam genus Thellohanellus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.5.


Gejala infeksi pada ikan antara lain adanya benjolan pada bagian tubuh luar(bintil) yang berwarna kemerah-merahan. Bintil ini sebenarnya berisi ribuan sporayang dapat menyebabkan tutup insang ikan selalu terbuka. Jika bintil ini pecah,maka spora yang ada di dalamnya akan menyebar seperti plankton. Spora iniberukuran 0,01 – 0,02 mm, sehingga sering tertelan oleh ikan. Pengaruh serangan myxosporea tergantung pada ketebalan serta lokasi kistanya. Serangan yang berat pada insang menyebabkan gangguan pada sirkulasi pernafasan serta penurunan fungsi organ pernafasan. Sedangkan serangan yang berat pada jaringan bawah kulit dan insang menyebabkan berkurangnya berat badan ikan, gerakan ikan menjadi lambat, warna tubuh menjadi gelap dan system syaraf menjadi lemah.

3. Dactylogyrus sp
Dactylogyrus sp digolongkan ke dalam phylum Vermes, subphylum Platyhelmintes, kelas Trematoda, ordo Monogenea, famili Dactylogyridae, subfamily Dactylogyrinae dan genus Dactylogyrus . Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Pada bagian tubuhnya terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak memiliki struktur cuticular dan memiliki satu pasang kait dengan satu baris kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat kecil. Dactylogyrus sp mempunyai ophistapor (posterior suvker) dengan 1 – 2 pasang kait besar dan 14 kait marginal yang terdapat pada bagian posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang mata yang terletak di daerah pharynx. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.9. Gejala infeksi pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih.


4. Gyrodactilus sp.
Gyrodactilus sp digolongkan kedalam phylum Vermes, subphylum Platyhelmintes, kelas Trematoda, ordo Monogenea, famili Gyrodactylidae, subfamily Gyrodactylinae dan genus Gyrodactilus. Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Gyrodactilus sp biasanya sering menyerang ikan air tawar, payau dan laut pada bagian kulit luar dan insang. Parasit ini bersifat vivipar dimana telur berkembang dan menetas di dalam uterusnya. Memiliki panjang tubuh berkisar antara 0,5 – 0,8 mm, hidup pada permukaan
tubuh ikan dan biasa menginfeksi organ- organ lokomosi hospes dan respirasi.
Larva berkembang di dalam uterus parasit tersebut dan dapat berisi kelompok-kelompok sel embrionik. Ophisthaptor individu dewasa tidak mengandung batil isap, tetapi memiliki sederet kait-kait kecil berjumlah 16 buah disepanjang tepinya dan sepanjang kait besar di tengah-tengah, terdapat dua tonjolan yang menyerupai kuping. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.10. Gejala infeksi pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih.
5. Argulus indicus
Argulus indicus merupakan salah satu ektoparasit yang termasuk kedalam
phylum Arthropoda, kelas Crustacea, subkelas Entomostsaca, ordo copepoda,
subordo Branchiora, famili Argulidae, genus Argulus. Ciri-ciri parasit ini adalah
bentuk seperti kutu berwarna keputih-putihan, menempel pada bagian tubuh ikan, mempunyai alat penghisap, sehingga biasa disebut juga dengan nama kutu ikan. Alat penghisap ini akan menghisap darah ikan. Oleh karena itu ikan yang terserang akan menurun pertumbuhannya serta akan mengakibatkan pendarahan pada kulit. Tubuh Argulus indicus mempunyai dua alat penghisap dibagian bawah tubuhnya, berupa alat yang akan menusukkan alat tersebut kedalam tubuh ikan yang diserang. Pada pinggiran karapacenya terdapat empat pasang kaki yang berfungsi untuk berjalan pada bagian tubuh ikan, berenang bebas dan berpindah dari satu ikan ke ikan yang lain. Perkembangbiakan terjadi secara kawin karena jenis Argulus indicus ini ada jantan dan betina, ukuran tubuh jantan lebih kecil daripada betina. Daur hidup Argulus indicus terjadi selama 28 hari dimana 12 hari untuk fase telur dan menetas sedangkan fase larva sampai dewasa membutuhkan waktu berkisar 16 hari. Larva Argulus indicus dapat hidup tanpa ikan selama 36 jam sedangkan individu dewasa dapat hidup tanpa inang selama 9 hari. Jumlah telur yang dihasilkan dari individu betina berkisar antara 50 - 250 butir. Telur yang dihasilkannya akan diletakkan pada berbagai benda yang ada di dalam perairan. Telur akan menetas menjadi larva setelah beberapa kali berganti kulit akan berubah menjadi dewasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.12.


6. Trichodinella
Yang menempel di insang umumnya berukuran lebih kecil dibandingkan yanghidup di kulit, contohnya adalah Trichodinella. Parasit jenis ini menjadikan tubuhikan hanya sebagai tempat pelekatan (substrat) dan mengambil partikel organikdari bakteri yang menempel pada kulit ikan, tetapi karena pelekatan yang kuatoleh kait pada cakram, mengakibatkan seringkali timbul luka, terutama pada benihdan ikan muda. Pelekatan pada insang juga mengakibatkan luka dan sering
ditemukan sel darah merah dalam vakuola makanan Trichodina. Pada kondisi ini
maka Trichodina merupakan ektoparasit sejati. Gejala klinis ikan yang terserang
Trichodina adalah warna tubuhnya yang pucat, produksi lendir yang berlebihan
dan pergerakan operkulum yang cepat (Anonim 2007).

PERIHKU

bahagiaku,,, bahagiamu jgg...
sukaku,,,,sukamu jgg....
senyumku,,,, senyummu jgg.....

Tpi,,,
perihku,,, bukan perihmu...
Lukaku,,, bukan Lukamu...
dukaku,,,, bukan dukamu........

bahagia hati ini,,,
trsenyum hati ini...
 saat kau ucap jnjimu,,,
saat kau trsnyum menatap kebahagiaanku...

knpa harus da jnji!!!
pilu hati ini,,,
  menangis hti ini...
skit hti ini....
saat kau ingkar jnji mu...

kau prgi d saat ku mulai mncintaimu...
  kau cabik hati ini...
nama yng dah aqq ukir,, kau hapus dngan prbuatan mu...

hnya 3 kata yng bisa d ucap...
"AKU MEMBENCI MU"

aku tak menginginkan mu kmbali.....
cukup sudah.......

   Masa lalu gk kn prnah jdi masa dpan.....
kau hncurkn harapanku......

jntung ini berdegup kencang,,
saat namamu trlintas d benakku....
   menyelidiki sisi hatiku...
seolah berbisik dihati.......

harapan sirna saat kau ingkari semuanya...
  aku tak menginginkan mu Lagi............